Ugly Shoes: Dari ‘Sepatu Aneh’ ke Fashion Statement Global

Ugly Shoes: Dari ‘Sepatu Aneh’ ke Fashion Statement Global

indonesiafashion.com – Ungkapan “ugly shoes” dulu identik dengan predikat jelek. Model seperti Crocs, dad sneakers ala Balenciaga, dan sepatu unik Margiela sempat dikritik karena bentuk bulky dan anti-estetika. Namun kini sepatu tersebut berevolusi menjadi simbol perlawanan terhadap batasan mode mainstream, sekaligus cerminan keberanian personal.

George Balenciaga Triple S menandai momentum ugly shoes jadi arus utama. Setelah itu, Birkenstock Boston, Crocs, hingga Tabi Ballet Flats Maison Margiela membuka definisi baru tentang “jelek” yang justru berkelas. Sentuhan ironis dan penuh karakter ini menelisik kembali pemahaman kita tentang estetika mode.

Selebritas sebagai Motor Tren: Dari Bordir Kekuatan hingga Antusiasme Komunitas

Tren ugly shoes semakin viral saat menjadi pilihan selebritas. Emma Chamberlain dan Zendaya dinilai avant-garde ketika mengenakan Tabi Flats. Jennie BLACKPINK muncul dengan Vibram FiveFingers, sepatu yang secara desain sangat fungsional namun dianggap “aneh” sebagai gaya harian.

Hasilnya, sepatu yang dulu kontroversial ini menjadi pernyataan kuat identity. Crocs edisi kolaborasi, seperti Krispy Kreme x Crocs bergaya donat, turut mendorong minat kolektor dan fashion enthusiast. Statistik menunjukkan lonjakan penjualan dari merek seperti Birkenstock, Hoka, Crocs — membuktikan bahwa “ugly shoes” kini jadi pasar besar.

Komoditas dan Estetika: Dari Kenyamanan Jadi Tren Bisnis

Menurut laporan Forbes, produsen yang mengutamakan kenyamanan seperti Birkenstock, Hoka, Crocs, dan On Running mencatat rekor penjualan. Birkenstock bahkan meraih USD 524 juta pada kuartal dengan pertumbuhan 22%, sedangkan Hoka mencatat kenaikan 34% penjualan. Crocs mencetak rekor penjualan USD 939 juta. Lonjakan ini memicu lebih banyak kolaborasi kreatif dan inovatif. Tren ugly shoes kini menjadi tuntutan pasar RAMAH — estetis sekaligus praktis.

Makna Baru di Balik Estetika “Aneh”: Kenyamanan, Audansi, dan Identitas

Tren ugly shoes bukan cuma soal tampilan. Ini soal identitas dan kenyamanan. Seleb seperti Julia Fox mengusung konsep “Wrong Shoe Theory”: mengambil sepatu yang dianggap salah atau aneh, lalu menjadikannya fokus gaya. Ia memakai Crocs berhiaskan permata sebagai pusat perhatian outfit, menunjukkan bahwa fashion juga soal pilihan personal, bukan hanya estetika netral.

Menurut Harper’s Bazaar, ugly shoes adalah “anti-trend by nature”—terlalu praktis untuk diromantisasi, tapi justru membebaskan dari visual yang terlalu terpoles. Gaya ini membedakan kamu di dunia yang penuh standar visual. Ugly shoes menjadi medium ekspresi diri dan simbol perlawanan terhadap tekanan penampilan sempurna.

Ugly shoes telah menjelma dari produk yang dulu dilecehkan menjadi tren global yang berani dan penuh makna. Mereka mengajak kita mempertanyakan kembali konsep indah dalam mode, memperkenalkan kenyamanan sebagai nilai yang sama pentingnya, dan membuka ruang bagi keunikan personal. Dari oversized crocs hingga sneakers hybrid, setiap pasang ugly shoes adalah bentuk sikap: stylish, nyaman, dan autentik.

nita mantan steamer