indonesiafashion.com – Pekan Adibusana Fall/Winter 2025–2026 menandai babak baru dunia mode: perpisahan besar, debut mengejutkan, dan arah segar dari para rumah mode legendaris yang menulis ulang makna elegansi. Peragaan Haute Couture yang dihelat pada Juli lalu diisi oleh sederet momen bersejarah dalam mode.
Pesona Glamour Koleksi Armani Privé

Peragaan Armani Privé Haute Couture Fall/Winter 2025-2026 menampilkan koleksi terakhir dari mendiang Giorgio Armani. Setelan tuksedo dengan berbagai terjemahan, ala Marlene Dietrich dengan bahan beludru, krah yang berumbai, atau dasi kupu-kupu dengan atasan transparan menjadi sorotan utama. Gaun-gaun malam penuh kilau terancang dengan perhitungan yang cermat, menggarisbawahi rumah mode Armani yang sesungguhnya: timeless elegance.
Penutup Era Balenciaga

Show terakhir Demna Gvasalia untuk Balenciaga dipenuhi oleh bintang-bintang seperti Cardi B, Nicole Kidman, Michelle Yeoh, dan Kim Kardashian yang turut berjalan sebagai model, memerankan gaya Elizabeth Taylor di panggung. Sebagai pemungkas, Demna melintasi batas dengan ide-ide mode yang tak biasa. Setelan jas klasik diukurkan pada badan binaragawan untuk kemudian dipakaikan pada ukuran tubuh model. Ia juga menghilangkan tulang penyangga pada korset, melapisi kain secara manual di atas alas yang elastis, sehingga menghasilkan pakaian kaku yang seolah-olah menggantung di badan. Bukan pakaian yang mendefinisikan siluet, tetapi tubuh yang mengenakan pakaian tersebut.
Inspirasi Sejarah dalam Koleksi Chanel
Tim desain Chanel mementaskan imajinasi dari tempat bersejarah bagi rumah mode ini yaitu butik di 31 rue Cambon, Paris. Kesederhanaan sosok Gabrielle dalam berdandan menjadi sorotan utama. Koleksi adibusana Chanel kali ini dipenuhi dengan nuansa warna alami seperti putih gading, ekru, cokelat, dan hitam. Gabrielle yang lahir pada hari panen, percaya bulir gandum sebagai jimat keberuntungan. Simbol tersebut diolah oleh tim desain ke dalam wujud sulaman hingga kancing berhias permata.
Schiaparelli: Menyatukan Masa Lalu dan Masa Depan
Direktur kreatif Daniel Roseberry biasanya menghindari arsip-arsip masa lalu. Kali ini ia menggali arsip rumah mode Schiaparelli dan mengambil babak 1940 ketika Elsa Schiaparelli mengungsi dari Paris sebelum Perang Dunia II pecah. “Saya ingin koleksi tersebut bertanya apakah kita dapat mengaburkan batas antara masa lalu dan masa depan,” kata Roseberry. Jubah ikonik Elsa, Apollo, bersanding dengan setelan matador, dan gaun merah jingga menyala yang tiba-tiba muncul di antara dominasi hitam-putih – begitulah surealisme.
Eksperimen Alam dalam Karya Iris Van Herpen
Iris Van Herpen mengambil kekuatan samudera sebagai titik tolak karyanya yang bertajuk Sympoiesis. Kata ini dipopulerkan oleh filsuf Donna Haraway, artinya kreasi kolektif melalui ketergantungan dan kolaborasi dalam sistem kompleks. Keterkaitan samudera, atmosfer, iklim, dan manusia diterjemahkan ke kain melalui tekstur berlapis tembus cahaya dan bentuk bergelombang. Desainer Belanda menciptakan “gaun hidup” dari 125 juta alga bioluminesen, mengaburkan batas antara biologi, seni, dan desain.
Babak Baru Maison Margiela
Hanya yang punya nyali dapat menggantikan kemudi rumah mode dari Martin Margiela sendiri lalu John Galliano. Di koleksi perdananya, Glenn Martens asal Belgia memberi penghormatan pada tanah kelahirannya juga kepada pendiri rumah mode Margiela. Ada lukisan dan interior Flemish bersejarah abad ke-16, nuansa suram dan gotik, lapisan dinding yang lapuk, dan hewan-hewan buruan yang tergantung menjadi bagian presentasi. Denim dengan lukisan tangan mengingatkan kita pada Margiela. Keseluruhan, mood yang sangat gelap diselingi kehadiran tulle-tulle ringan, dan semua model yang mengenakan topeng muka, setia pada kemisteriusan Margiela.