Tetap Larisnya Tas Mewah Ratusan Juta, Bukti Konsumen Kelas Atas Masih Eksis di Indonesia

Bottega Veneta dan Loewe Buktikan Daya Tarik Tas Mewah Tetap Kuat di Tengah Ekonomi Lesu

Industri tas mewah di Indonesia menunjukkan daya tahan luar biasa meski menghadapi perlambatan ekonomi. Hal ini terlihat dari antusiasme tinggi terhadap peluncuran dan pop-up store yang digelar dua rumah mode ternama, Bottega Veneta dan Loewe, baru-baru ini. Kedua acara tersebut bukan hanya menarik perhatian para kolektor kelas atas, tetapi juga mempertegas strategi eksklusivitas sebagai kunci keberhasilan pasar barang mewah di era digital.

Bottega Veneta Hadirkan Grand Reopening Mewah di Senayan City

Bottega Veneta merayakan grand reopening butik mereka di Senayan City, Jakarta, dengan penuh kemewahan. Acara ini turut diramaikan oleh selebritas asal Thailand, Dew Jirawat, yang kehadirannya langsung menarik sorotan penggemar dan media. Momen spesial ini semakin istimewa dengan kehadiran Cabat Blooming Bag, sebuah tas berbahan kulit domba berwarna mint dengan motif bunga tiga dimensi.

Tas edisi spesial ini hanya tersedia satu unit di Indonesia dan dibanderol sekitar Rp 500 juta. Meski tergolong fantastis, tas tersebut telah dibeli oleh kolektor loyal yang identitasnya tidak diungkap. Namun, tas tetap dipajang di butik sebagai bagian dari perayaan eksklusif ini, menandakan betapa kuatnya daya tarik produk langka di kalangan konsumen premium.

Loewe Rayakan Ulang Tahun Puzzle Bag ke-10 Lewat Pop-up Store Unik

Di saat bersamaan, Loewe membuka pop-up store bertema ulang tahun ke-10 Puzzle Bag di Plaza Indonesia. Koleksi terbaru bertajuk Puzzle 10 menghadirkan 19 desain ikonik yang diperbarui serta satu model eksklusif bernama Puzzle Confetti. Semua tas ditampilkan secara artistik, menyerupai instalasi museum, menciptakan pengalaman visual yang mewah.

Sebanyak 20 unit koleksi Puzzle 10 masuk ke Indonesia, dan 15 di antaranya telah terjual hanya dalam waktu singkat. Harga tas berkisar dari Rp 85 juta, sementara Puzzle Confetti dijual dengan harga sekitar Rp 103,9 juta. Satu unit Confetti pun telah resmi berpindah tangan ke pembeli. Strategi ini menegaskan bahwa edisi terbatas masih menjadi magnet kuat bagi pasar elite.

Tas Mewah Tetap Laris di Tengah Tantangan Ekonomi

Fenomena ini disebut warganet sebagai bagian dari tren “in this economy”, menandai keanehan sekaligus kekuatan daya beli segmen ultra-kaya. Ketika banyak konsumen menengah menahan pengeluaran, segelintir kalangan—dijuluki 0,0001 persen—justru berburu barang edisi terbatas dan mewah.

Hal ini turut dibahas dalam diskusi yang diselenggarakan oleh PINTU Incubator bersama Kedutaan Besar Prancis, di mana Managing Director Louis Vuitton Indonesia, Simpirwati Simarno, menjelaskan bahwa konsumen lokal sangat responsif terhadap peluncuran produk limited edition. Kecepatan informasi dari media sosial dan digital menjadi pemicu utama meningkatnya permintaan terhadap barang eksklusif.

Brand Mewah Ubah Strategi untuk Penuhi Hasrat Konsumen Digital

Menurut Simarno, konsumen masa kini datang ke butik bukan sekadar membeli, tetapi ingin merasakan pengalaman memiliki sesuatu yang unik dan langka. Oleh sebab itu, rumah mode menyesuaikan strategi mereka agar tetap relevan di era digital. Pop-up store, sistem pre-order, dan peluncuran terbatas menjadi formula sukses yang terus dipertahankan.

Langkah ini terbukti mampu memicu permintaan premium, meski kondisi ekonomi global belum pulih sepenuhnya. Eksklusivitas, cerita di balik produk, serta pengalaman emosional menjadi faktor kunci yang menjaga industri tas mewah tetap kuat di tengah ketidakpastian.

nita mantan steamer