Jogja Prison Art Jadi Sorotan di Jogja Fashion Week 2025
indonesiafashion.com – Bantul, 7 Agustus 2025 – Jogja Fashion Week (JFW) 2025 menghadirkan kejutan yang langsung menyita perhatian publik. Di salah satu sudut pameran Jogja Expo Center, berdiri sebuah booth bertajuk “Jogja Prison Art”. Sejak hari pertama, stan ini ramai dikunjungi karena menampilkan karya seni dari para narapidana di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Warga Binaan Pamerkan Kreativitas Tanpa Batas
Booth Jogja Prison Art memperlihatkan bahwa kreativitas tidak mengenal batas ruang. Di balik jeruji besi, semangat berkarya tetap tumbuh subur. Karya yang dipamerkan meliputi batik tulis, lukisan, aksesoris, hingga produk kuliner, semuanya dibuat oleh warga binaan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan di Yogyakarta.
Pengunjung dapat melihat langsung detail batik tulis bercorak rumit dengan warna lembut. Lukisan-lukisan kanvas yang menghiasi dinding booth menampilkan potret kehidupan dalam penjara, disertai pesan harapan, kebebasan, dan penyesalan. Selain itu, tersedia kopi bubuk, minuman herbal, dan makanan ringan hasil produksi warga binaan, lengkap dengan kemasan profesional.
Masyarakat Berikan Apresiasi Positif
Program ini mendapat respon positif dari para pengunjung. Banyak yang mengaku tersentuh sekaligus kagum dengan kualitas karya yang dihasilkan. Bagi mereka, partisipasi warga binaan dalam ajang mode sebesar JFW merupakan wujud nyata inklusi sosial.
Panitia JFW 2025 menegaskan bahwa panggung mode dapat menjadi sarana rehabilitasi yang efektif. Kepala Lapas dan perwakilan Rutan yang hadir di lokasi menjelaskan bahwa pelatihan membatik, melukis, dan mengolah makanan dilakukan secara rutin. Hasil karya terbaik kemudian dipamerkan pada ajang seperti ini.
Warga Binaan Berkontribusi pada Industri Kreatif Lokal
Kehadiran Jogja Prison Art membuka peluang baru dalam industri kreatif. Warga binaan tidak hanya dibina, tetapi juga diajak berkontribusi aktif pada ekosistem ekonomi kreatif daerah. Kerja sama lintas sektor antara Lapas, seniman, pemerintah daerah, dan komunitas kreatif berhasil menciptakan ruang ekspresi yang unik.
Beberapa desainer bahkan menyatakan minat untuk mengangkat batik buatan warga binaan ke pasar komersial. Kolaborasi ini diharapkan menjadi pintu bagi peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi para narapidana.
Harapan agar Program Terus Berkembang
Panitia berharap Jogja Prison Art dapat menjadi bagian tetap dari JFW di tahun-tahun mendatang. Inisiatif ini bukan hanya tentang pameran seni, tetapi juga tentang memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang sedang menjalani masa hukuman.
Dengan dukungan publik dan pelaku industri kreatif, karya warga binaan berpotensi menjadi bagian penting dalam identitas mode dan seni di Yogyakarta, sekaligus memperkuat citra kota ini sebagai pusat kreativitas inklusif.