BINhouse Hidupkan Panggung PIFW 2025 Lewat “Lenggak Lenggok” Berkebaya

INDONESIAFASHION.COM – BINhouse membuka hari ketiga Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2025 dengan energi tinggi. Koleksi bertajuk “Lenggak Lenggok” dipilih untuk merayakan kebebasan ekspresi lewat busana tradisional. Koleksi ini menarik perhatian berkat gaya berjalan model yang dinamis—menari, berputar, hingga berjoget—diiringi musik “Garam & Madu”.

Desainer Josephine Komara (Obin) menuturkan bahwa inspirasi koleksi ini berasal dari interaksi antara gerak tubuh dan pakaian. “Modelnya goyang, bajunya goyang,” ujarnya. Ia ingin tradisi tidak tampak stagnan, melainkan hidup dan bernafas bersama pemakainya.

Kebaya, Batik, dan Lurik dalam Lapisan Tekstur

Koleksi “Lenggak Lenggok” menyajikan kebaya dengan tekstur menarik dan teknik layering yang menawan. Ada juga beskap transparan (see-through) untuk pria yang menggabungkan elemen tradisional dan modern. Konsep ini menunjukkan bahwa desain tradisi tidak harus kaku, melainkan bisa fleksibel dan berdaya estetika tinggi.

Obin menyatakan bahwa modernitas dan tradisi bukanlah konsep yang saling bertolak belakang. Baginya, “modern itu cara berpikir, tradisional adalah siapa kita.” Maka, perpaduan dua unsur ini dapat menghasilkan karya yang relevan untuk masa kini namun tetap menghormati akar budaya.

Musik, Gerak, dan Dialog Budaya

 

Bagi Obin, musik dan mode adalah pasangan yang tak terpisahkan. Dia memilih sendiri lagu untuk koleksi ini agar momen pertunjukan terasa autentik. Ia bahkan pernah menyanyikan lagu di panggung agar bisa “mencairkan jarak” dengan audiens.

Para model diberi kebebasan untuk berekspresi lewat gerak. Obin menyebut bahwa penggunaan gerak tubuh spontan bukan soal performance semata, melainkan dialog antara mode, pemakai, dan budaya. Dengan cara itu, busana tradisional menjadi medium komunikasi yang hidup.

Pesan Kreatif bagi Busana Tradisional

Dengan koleksi ini, Obin ingin menyampaikan bahwa warisan budaya tidak perlu menghilang dalam arus modernisasi. Justru, tradisi akan lebih kuat jika diberikan ruang untuk bergaya dan berevolusi. Kebaya, batik, dan lurik di panggung ini dihidupkan bukan sebagai artefak museum, melainkan sebagai pakaian yang ingin digunakan, dirasakan, dan dipertontonkan dalam kehidupan sehari-hari.

Runway BINhouse di PIFW 2025 membuktikan bahwa warisan mode Indonesia bisa dipertahankan tanpa kehilangan relevansi. Dengan kreativitas, musik, dan kebebasan gerak, tradisi berpakaian Nusantara tetap punya ruang untuk “berlenggak-lenggok” di panggung global.

nita mantan steamer