Ketimpangan Gender: Menelisik Perspektif Feminisme di Industri Garmen Bangladesh

 

Meta Description

Industri garmen Bangladesh bergantung pada buruh perempuan dengan kondisi kerja yang tidak setara. Artikel ini mengulas akar ketimpangan gender dari perspektif feminisme dalam Ekonomi Politik Internasional dan upaya perempuan melawan sistem kapitalisme global.

Kata Kunci / Keyphrase Utama

ketimpangan gender industri garmen Bangladesh

Slug URL

ketimpangan-gender-industri-garmen-bangladesh

Ketimpangan Gender di Industri Garmen Bangladesh dari Perspektif Feminisme
Image

Fast Fashion Mendorong Eksploitasi Buruh Perempuan

Industri fashion global terus berkembang pesat, namun kenyataan di balik produksi pakaian murah jarang terlihat. Brand-brand besar bergantung pada pabrik di negara berkembang, terutama Bangladesh, yang mempekerjakan jutaan perempuan dengan upah rendah dan beban kerja tinggi. Ketika perusahaan menuntut produksi cepat, perempuan harus memenuhi target ketat dan bekerja dalam jam panjang, sehingga kondisi hidup mereka tetap jauh dari sejahtera. Situasi ini memperlihatkan bagaimana sistem produksi fast fashion memperkuat ketidaksetaraan gender secara struktural.

Perempuan Mendominasi Tenaga Kerja Garmen

Mayoritas pekerja pabrik garmen merupakan perempuan muda dari keluarga berpenghasilan rendah. Mereka memasuki sektor ini karena kebutuhan ekonomi dan minimnya pilihan pekerjaan lain. Walaupun kontribusi mereka sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bangladesh, pemerintah dan perusahaan belum memberikan perlindungan sosial yang memadai. Dari perspektif feminisme, fenomena ini menunjukkan feminisasi tenaga kerja, di mana perempuan ditempatkan pada pekerjaan yang rentan dan kurang dihargai.

Kapitalisme Global Memperlemah Akses Perempuan Terhadap Kekuasaan

Penelitian tentang industri garmen Bangladesh menegaskan bahwa peningkatan jumlah perempuan bekerja tidak otomatis meningkatkan posisi tawar mereka. Pemberdayaan baru dapat terjadi jika perempuan memiliki kontrol terhadap sumber daya dan keputusannya sendiri. Namun, pabrik-pabrik garmen justru mempertahankan struktur kerja yang diskriminatif. Perempuan sering menerima upah rendah, menghadapi risiko kekerasan seksual, mengalami diskriminasi gender, serta memiliki sedikit peluang untuk naik jabatan. Pola ini memperlihatkan bagaimana patriarki dan kapitalisme global bekerja bersama untuk mengeksploitasi tenaga kerja perempuan.

Fast Fashion Mengabaikan Perlindungan Pekerja

Sistem fast fashion menuntut kecepatan produksi yang ekstrem. Pabrik akhirnya memaksa pekerja lembur tanpa tambahan upah, demi memenuhi tekanan kontrak dengan brand global. Pemerintah Bangladesh lebih memprioritaskan investasi asing dan pertumbuhan ekonomi daripada perlindungan buruh perempuan. Akibatnya, perempuan menjadi penyangga utama sistem produksi murah, namun tanpa jaminan keamanan maupun kesejahteraan.

Gerakan Perempuan Melawan Sistem yang Tidak Adil

Meskipun menghadapi banyak keterbatasan, perempuan buruh mulai melawan ketidakadilan ini. Mereka membentuk serikat, memperkuat solidaritas, dan bekerja sama dengan organisasi internasional seperti Clean Clothes Campaign. Dengan langkah ini, mereka menuntut upah layak, lingkungan kerja aman, serta perlindungan terhadap pelecehan dan diskriminasi. Perlawanan ini memperlihatkan bagaimana perempuan berupaya menciptakan perubahan dari bawah untuk menantang struktur patriarki dan kapitalisme global.

Rana Plaza Menjadi Titik Balik Kesadaran Global

Tragedi runtuhnya Rana Plaza menjadi simbol kegagalan sistem industri garmen dalam melindungi pekerja. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana keselamatan pekerja sering dikorbankan demi efisiensi produksi. Meskipun perempuan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian, mereka tetap hidup dalam kemiskinan, ketidakpastian, dan risiko tinggi. Globalisasi memang membuka lapangan kerja, tetapi eksploitasi berlanjut ketika perubahan sosial tidak mengikuti perubahan ekonomi.

Mewujudkan Industri Fashion yang Adil Secara Gender

Dengan memahami kondisi industri garmen dari perspektif feminisme dalam Ekonomi Politik Internasional, kita dapat melihat bahwa harga murah pakaian tidak hanya terkait ekonomi, tetapi juga mencerminkan relasi kuasa global. Ketimpangan gender tetap mengakar ketika perempuan bekerja keras tetapi tidak mendapatkan perlindungan setara. Bangladesh perlu berkomitmen pada kebijakan yang menjamin upah layak, keamanan kerja, dan akses perempuan terhadap hak-hak dasar. Kesadaran konsumen global juga penting, karena setiap pakaian murah memiliki cerita perjuangan perempuan di baliknya.

Kesimpulan

Keadilan ekonomi global tidak mungkin tercapai tanpa keadilan gender. Industri garmen Bangladesh memperlihatkan bagaimana perempuan menjadi tulang punggung produksi tetapi tetap berada pada posisi paling rentan. Dengan memperkuat suara buruh perempuan dan mendorong regulasi yang lebih manusiawi, dunia dapat bergerak menuju sistem ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan setara.

uniqueprivacy.org