
MILAN, indonesiafashion.com – Dunia mode kehilangan sosok legendarisnya setelah Giorgio Armani meninggal pada Kamis, 4 September 2025, di usia 91 tahun. Kepergian desainer asal Italia ini meninggalkan kekosongan di pucuk kepemimpinan kerajaan bisnis mewah yang ia bangun selama lebih dari lima dekade. Armani tidak hanya menciptakan tren mode, tetapi juga membangun perusahaan bernilai miliaran dolar AS. Perusahaannya mencakup lini fashion, perhotelan, restoran, dan properti.
Kerajaan Bisnis Armani
Giorgio Armani lahir dari keluarga sederhana di utara Italia dan berkembang menjadi ikon industri fesyen dunia. Forbes mencatat kekayaan bersih Armani mencapai 11,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 193,7 triliun), menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia dan peringkat keempat di Italia. Bermarkas di Milan, grup Armani mempekerjakan lebih dari 9.000 orang hingga akhir 2023.
Pendapatan perusahaan pada 2024 mencapai 2,3 miliar euro (Rp 44,24 triliun). Produk-produk Armani dijual di lebih dari 600 toko di seluruh dunia melalui berbagai lini, seperti Giorgio Armani, Emporio Armani, A|X Armani Exchange, dan EA7. Selain itu, grup ini memiliki kemitraan strategis melalui lisensi dengan perusahaan global, termasuk EssilorLuxottica untuk kacamata dan L’Oréal untuk parfum serta kosmetik. Melalui diversifikasi lini usaha ini, Armani membangun fondasi bisnis yang kokoh dan berkelanjutan.
Ekspansi ke Properti dan Dunia Olahraga
Selain fashion, Armani mengembangkan bisnis di sektor perhotelan, restoran, dan real estate. Ia memiliki proyek properti di Tiongkok, Miami, dan Brasil. Kecintaannya pada olahraga diwujudkan melalui kepemilikan klub bola basket Olimpia Milano serta kolaborasi dengan klub sepak bola Juventus dan tim nasional Italia untuk pakaian resmi. Langkah ini menunjukkan bahwa Armani tidak hanya membangun merek fesyen, tetapi juga menanamkan identitasnya di berbagai bidang.
Suksesi dan Keberlanjutan Perusahaan
Meskipun tidak memiliki ahli waris langsung, Armani mempersiapkan proses transisi bisnis secara matang. “Rencana suksesi saya terdiri dari transisi bertahap tanggung jawab yang selalu saya lakukan kepada orang-orang terdekat,” katanya dalam wawancara dengan Financial Times beberapa hari sebelum wafatnya. Ia menekankan pentingnya suksesi yang berjalan alami, bukan tiba-tiba.
Sejak 2016, struktur hukum baru mengatur enam kelas saham dengan hak suara khusus untuk memastikan keberlanjutan perusahaan. Yayasan Giorgio Armani, yang memegang 0,1 persen saham, akan berperan penting bersama sejumlah orang kepercayaannya, termasuk keponakannya Silvana, Roberta, Andrea Camerana, saudara perempuannya Rosanna Armani, serta tangan kanannya Leo Dell’Orco. Strategi ini mencerminkan visi Armani untuk menjaga identitas dan independensi mereknya.
Properti Pribadi dan Warisan Hidup
Di luar bisnis, Giorgio Armani dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Ia memiliki berbagai properti mewah, termasuk kediaman utama di Via Borgonuovo, Milan, vila pribadi di Pulau Pantelleria, rumah musim panas di Forte dei Marmi, dan Villa Rosa di selatan Milan. Selain itu, ia memiliki properti di Paris, Saint-Tropez, dan Saint Moritz, Swiss. Beberapa hari sebelum wafat, Armani menyelesaikan akuisisi klub legendaris “Capannina di Franceschi” di Forte dei Marmi, tempat ia pertama kali bertemu Sergio Galeotti, rekan sekaligus pendiri Giorgio Armani pada 1975.
Tantangan dan Masa Depan Industri Mode
Kematian Armani terjadi di tengah ketidakpastian industri barang mewah global. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat serta dinamika ekonomi internasional memberikan tekanan pada sektor ini. Grup Armani mencatat penurunan pendapatan sebesar enam persen pada 2024, namun tetap melakukan investasi besar. Perusahaan mengucurkan 332 juta euro (Rp 6,38 triliun) untuk renovasi butik di Milan dan New York, serta membuka toko baru di Paris.
Armani juga mengambil alih langsung operasi penjualan daring, menunjukkan komitmen untuk menjaga konsistensi dan kesinambungan bisnis. “Mengejar konsistensi dan kontinuitas, serta menghindari keuntungan jangka pendek, adalah strategi terbaik untuk kesuksesan jangka panjang,” ujarnya.
Warisan Abadi Giorgio Armani
Kepergian Giorgio Armani meninggalkan pertanyaan tentang masa depan grup yang erat kaitannya dengan identitas pendirinya. Luca Solca, analis Bernstein, menekankan bahwa daya tarik merek Armani bersifat universal dan menjangkau audiens luas, mirip dengan Ralph Lauren. Banyak pihak pasti tertarik mengakuisisi grup ini, namun suksesi yang telah dirancang dengan matang akan menentukan keberlanjutan independensi merek.
Dengan warisan bisnis kuat, properti ikonik, dan pengaruh di olahraga serta fashion, Armani meninggalkan jejak abadi bagi industri mode.