Thrifting: Gaya Kasual Berkelanjutan sebagai Antitesis Fast Fashion
indonesiafashion.com – Thrifting adalah aktivitas membeli pakaian bekas yang masih layak pakai. Tren ini digemari banyak kalangan karena lebih hemat dan unik dibandingkan fast fashion. Generasi muda terutama semakin menyukainya karena pakaian preloved punya kualitas lebih baik dan karakter tersendiri. Semakin berkembangnya tren ini juga menimbulkan kesadaran bahwa membeli barang bekas membantu mengurangi limbah tekstil. Dalam konteks global, fast fashion telah terbukti menjadi penyumbang limbah terbesar kedua dan emisi karbon mencapai 10 % dari total global.
Alasan Konsumen Beralih ke Thrifting
Thrifting menawarkan tiga keuntungan utama: ekonomi, kreativitas, dan keunikan gaya. Banyak yang memilih thrifting karena murah, tetapi juga karena bisa menemukan item vintage yang tidak diproduksi lagi. Sebagian menganggap thrifting sebagai pengalaman kreatif, seperti berburu harta karun, karena barang-barang merek tinggi bisa diperoleh dengan harga miring. Dalam survei di AS, 66 % konsumen menyatakan thrifting membantu menghemat, dan 42 % menikmati sensasi menemukan barang unik. Trik belanja ini bahkan jadi bentuk self-care bagi banyak orang.
Dampak Positif terhadap Lingkungan
Menggalakkan thrifting berarti memperlambat laju pembelian pakaian baru, sehingga meminimalisir limbah dan emisi karbon akibat produksi fashion massal. Bila kita tidak memproduksi baru, berarti air, energi, dan sumber daya lain juga dapat dihemat. Vintage sebagai alternatif sustainable fashion bahkan tumbuh 21 kali lebih cepat dibanding retail konvensional, dengan pasar resale global mencapai nilai miliaran dolar. Di Indonesia, thrifting juga jadi solusi nyata untuk mengurangi sampah tekstil akibat fast fashion yang memicu degradasi lingkungan.
Kesadaran dan Praktik Berkelanjutan
Masyarakat semakin melek terhadap isu lingkungan. Thrifting kini dianggap sebagai alternatif gaya hidup yang lebih bijak. Banyak yang juga memadukan kalender thrifting sebagai bagian dari gaya hidup kreatif yang eklektik dan ramah lingkungan. Platform seperti marketplace, media sosial, dan stitching event makin memudahkan akses thrifting—bahkan secara online. Namun perlu diingat untuk tetap bijak memilih barang, menghindari efek gentrifikasi yang membuat thrift items jadi mahal dan tak terjangkau oleh kalangan dengan ekonomi lebih rendah.