‘Bapak Guru Bae’ Merespons Kritik: ‘Saya Tidak Melanggar Aturan Pakaian. Para Pengkritik Hanya Cemburu!’ | VIDEO

Guru TikTok yang Viral “Teacher Bae” Memicu Perdebatan Panas tentang Aturan Pakaian

indonesiafashion.com Guru yang dikenal sebagai “Teacher Bae” kembali menjadi sorotan setelah penampilannya di kelas viral di media sosial. Video yang beredar di TikTok dan Instagram menampilkan dia mengenakan gaun pas dan rok pensil, memicu perdebatan sengit mengenai standar pakaian guru.

Meski nama aslinya belum dikonfirmasi—beberapa sumber menyebutnya Ms. Williams atau Ms. Johnson—dia telah mengumpulkan lebih dari 134.000 pengikut TikTok dan jutaan tayangan. Video-videonya memicu respons beragam, dari dukungan hingga kritik keras.

Teacher Bae Membela Pilihan Pakaian dan Menolak Tuduhan

“Teacher Bae” menegaskan bahwa dia mematuhi aturan pakaian sekolah. Ia membantah rumor operasi plastik dan menegaskan bahwa ia tetap mengajar meski ada upaya untuk memecatnya. Melalui unggahan online, dia menekankan bahwa para pengkritik iri terhadap penampilan dan bentuk tubuhnya, bukan pakaian yang dia kenakan.

Dalam wawancara dengan TMZ, ia menegaskan, “Mereka mengeluh tentang bentuk tubuh saya. Yang saya lihat hanyalah penyalahgunaan bentuk. Itu saja.” Pernyataan ini menunjukkan sikap tegasnya terhadap kritik berbasis body-shaming.

Pendukungnya menekankan bahwa kritik yang muncul sering kali bersifat seksis dan tidak adil. Mereka berpendapat bahwa guru dengan bentuk tubuh berbeda atau lebih kurus tidak akan mendapatkan perhatian sama. Hashtag #TeacherBae dan #LetHerTeach menyebar di TikTok dan X, memunculkan solidaritas online dari pengikut yang menolak standar ganda dan body-shaming.

Kritik Mengenai Profesionalisme dan Respons Komunitas

Beberapa pengkritik berpendapat bahwa pakaian “Teacher Bae” terlalu ketat dan mengganggu lingkungan belajar. Video yang memperlihatkan dia berjalan atau berpose menimbulkan tuduhan mencari perhatian. Sejumlah pengajar lain, termasuk TikToker Tamerah Williams, menyarankan pakaian lebih sederhana seperti celana panjang dan kemeja untuk lingkungan sekolah.

Namun, para pendukung menekankan pentingnya menghentikan penilaian berbasis tubuh. Mereka berargumen bahwa tubuh yang dianugerahkan Tuhan tidak menentukan profesionalisme. Kritikus yang menilai guru berdasarkan bentuk tubuh dianggap memperkuat stereotip gender dan rasial, terutama terhadap wanita kulit hitam.

Kontroversi semakin memuncak dengan setiap video baru. Pada awal September 2025, “Teacher Bae” memposting video mengenakan pakaian lebih ketat, sambil berjalan percaya diri di lorong sekolah dengan tas Chanel. Unggahan tersebut memicu reaksi online yang beragam, mulai dari kritik hingga pujian atas kepercayaan diri dan ekspresi gaya pribadinya.

Misteri Lokasi dan Identitas Guru

Hingga saat ini, lokasi mengajar “Teacher Bae” tetap rahasia. Beberapa klaim menyebutnya guru kelas 6 di Arizona, sementara yang lain menebak dia mengajar di Florida. Dinding kelas yang terlihat berwarna kuning dan biru hanya menyerupai sekolah umum Amerika, sehingga lokasi pasti tidak bisa dipastikan.

Identitasnya juga membingungkan, karena beberapa situs menyebutnya Ms. Williams, sementara yang lain mengatakan Ms. Johnson. Kekaburan ini menyulitkan verifikasi fakta, sekaligus menambah daya tarik publik terhadap fenomena ini. Kerahasiaan identitas kemungkinan untuk alasan keamanan, mengingat sorotan media yang intens.

Dampak Kontroversi terhadap Diskusi Profesionalisme dan Media Sosial

Kasus ini melampaui satu guru saja. Kontroversi membuka diskusi tentang standar pakaian profesional, batasan media sosial bagi pendidik, dan tantangan yang dihadapi wanita dalam lingkungan kerja. Banyak orang melihat situasi ini sebagai contoh tekanan yang unik bagi guru perempuan kulit hitam terkait penilaian terhadap tubuh mereka.

Fenomena “Teacher Bae” juga menyoroti interaksi antara dunia influencer dan dunia pendidikan. Guru ini menjadi simbol kepercayaan diri dan profesionalisme, sambil menantang pandangan konvensional mengenai penampilan guru. Selain itu, diskusi ini menekankan bagaimana media sosial dapat membentuk persepsi publik, termasuk membangun solidaritas dan kritik terhadap stereotip yang tidak adil.

Hashtag #TeacherBae dan #LetHerTeach tetap populer di TikTok dan X, dengan pengguna membagikan ulang konten untuk menunjukkan dukungan atau mengekspresikan kritik. Sampai saat ini, belum ada laporan tindakan disipliner dari sekolah. Guru tersebut tetap aktif di TikTok, memposting konten, dan menunjukkan ketenangan di tengah gelombang opini publik.

Kesimpulan: Teacher Bae Sebagai Simbol Profesionalisme dan Ekspresi Diri

“Teacher Bae” telah membuktikan bahwa guru bisa mengekspresikan gaya pribadi tanpa mengorbankan profesionalisme. Kontroversi ini menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan menghentikan body-shaming, sekaligus mempertanyakan standar ganda terhadap guru perempuan.

Keberanian dan kepercayaan dirinya menjadi contoh bagi banyak orang, baik di dunia pendidikan maupun media sosial. Perdebatan yang terjadi seputar pakaian dan penampilan guru ini mendorong masyarakat untuk mengevaluasi ulang pandangan mereka tentang profesionalisme, ekspresi diri, dan batasan media sosial dalam lingkungan pendidikan.

nita mantan steamer