indonesiafashion.com – Tahun 2026 akan menandai seratus tahun sejak Gabrielle Bonheur “Coco” Chanel meluncurkan gaun hitam kecil (Little Black Dress) yang kemudian mengubah sejarah mode dunia. Satu abad berlalu, warisan itu masih berdenyut kuat, bahkan dalam tren pakaian pesta musim gugur terbaru. Dari Zoë Kravitz dengan rok hitamnya hingga gaun mini renda di New York Fashion Week, inspirasi Chanel terus mengalir. Namun, mode tidak pernah statis. Setiap inovasi selalu melahirkan ruang untuk interpretasi ulang. Kini, para muse Chanel kembali meremix LBD dengan cara segar, membuat siapa pun tergoda untuk mengganti pakaian kerja mereka demi tampilan pesta malam yang berani.
Pada 10 September, Chanel seolah menggelar konvensi It Girl tak resmi di Doubles Club, New York City. Acara ini sekaligus menjadi perayaan peluncuran buku terbaru karya sutradara Sofia Coppola berjudul Chanel Haute Couture, sebuah volume setebal 450 halaman yang memuat sketsa, foto pelanggan, serta arsip berharga dari rumah mode legendaris itu. Kehadiran para tamu seperti Chase Sui Wonders, model ikonik Alek Wek, hingga penyanyi muda berbakat Gracie Abrams menambahkan energi segar ke ruang pesta. Mereka tidak hanya merayakan Chanel, tetapi juga mempersembahkan perspektif baru tentang bagaimana pakaian pesta hitam bisa tampil lebih hidup.
Remix Tuxedo ala Gracie Abrams
Gracie Abrams memberi pelajaran penting tentang bagaimana merombak setelan hitam klasik. Alih-alih blazer formal biasa, ia memilih jaket tuxedo tweed yang dipadukan dengan kantong baju merah menyala. Keputusan berani itu langsung mengubah nuansa formal menjadi eksperimental. Ia membiarkan blazer terbuka penuh untuk menampilkan bra yang menyiratkan pemberontakan elegan. Hasilnya, gaya ini tampil menawan dan sangat relevan dengan semangat pesta urban New York.
Penampilan Abrams membuktikan bahwa tuxedo tidak lagi hanya milik pria atau acara resmi. Dengan sedikit kreativitas, setelan bisa menjelma menjadi busana pesta penuh karakter. Dari blazer satin lengan panjang hingga celana sutra berpinggang tinggi, pilihan yang ia kenakan menciptakan perpaduan maskulin-feminin yang sulit ditolak. Saya pribadi merasa terinspirasi untuk meniru tampilan ini di konser atau pesta malam kota besar.
Sentuhan Sutra dan Nostalgia 90-an
Chase Sui Wonders menghidupkan kembali energi 90-an dalam pakaian pesta musim gugurnya. Ia memadukan atasan sutra hitam dengan kancing tunggal, rok mini mikro, serta aksesori klasik dari Chanel seperti slingback heels dan tas tangan quilting. Kombinasi ini mencerminkan keberanian untuk bermain dengan tekstur dan siluet, tanpa mengorbankan sisi elegan.
Transisi dari sensual ke sophisticated terasa mulus. Atasan tipis memberi kesan eksperimental, sementara slingbacks Chanel menambahkan sentuhan timeless yang membuat look ini tetap anggun. Keberhasilan Wonders menunjukkan bahwa inspirasi retro bisa relevan jika dipadukan dengan detail modern. Saya bisa membayangkan gaya ini menyala di klub malam atau pesta eksklusif.
Variasi Modern dari LBD
Kirsten Dunst memilih pendekatan berbeda. Ia tidak mengenakan LBD secara literal, melainkan merakit tampilan monokrom hitam dari kemeja sutra, rok midi berkancing depan, dan heels tajam. Kombinasi sederhana itu menghasilkan tekstur kontras yang justru memberi daya tarik visual lebih kuat.
Bagi saya, gaya Dunst adalah blueprint sempurna untuk acara kerja yang berlanjut ke pesta malam. Sementara itu, Alek Wek menginspirasi dengan celana panjang berkilau dari serat logam yang dipadukan dengan sweater-vest tanpa lengan. Kilau halus celana itu membuatnya terlihat sebagai definisi celana pesta ideal.
Tidak ketinggalan, Sunday Rose Kidman Urban, putri Nicole Kidman, menunjukkan formula Gen Z: atasan tipis sederhana dengan celana satin berpotongan lebar, dilengkapi tas tangan Chanel dan sandal mewah. Sedangkan Romy Mars, putri Sofia Coppola, tampil dalam gaun strapless hitam klasik dengan heels slingback Chanel—mengingatkan kita bahwa gaya ikonik kadang tak perlu banyak diubah.
Warisan Chanel Hidup dalam Pesta Musim Gugur
Satu abad setelah LBD pertama diciptakan, Chanel membuktikan bahwa mode bukan hanya tentang pakaian, melainkan juga tentang ekspresi diri yang berevolusi. Dari remix tuxedo yang penuh keberanian, sutra nostalgia ala 90-an, hingga reinterpretasi modern LBD, setiap penampilan mencerminkan kreativitas tanpa batas.
Pakaian pesta musim gugur tahun ini bukan sekadar gaun hitam sederhana. Mereka hadir dengan energi baru: berani, penuh tekstur, dan siap menginspirasi. Jika Coco Chanel mengajarkan kita bahwa kesederhanaan adalah bentuk sejati dari keanggunan, maka generasi baru It Girls Chanel menegaskan bahwa kesederhanaan bisa terus diubah menjadi sesuatu yang segar. Saya yakin tren ini akan bertahan bukan hanya semusim, melainkan setidaknya satu abad lagi.