
indonesiafashion.com – Setiap generasi selalu melahirkan tren yang tampak keren pada masanya. Namun, tidak semua tren mampu bertahan. Apa yang terlihat “wah” hari ini bisa berubah menjadi bahan tertawaan dalam satu dekade. Generasi milenial dulu memuja celana ketat, generasi 90-an merayakan alis tipis, sementara generasi 2000-an terobsesi dengan rambut pirang ala Eminem. Kini, tren-tren itu menjadi nostalgia sekaligus bahan olok-olok.
Fenomena ini menunjukkan satu hal: kesempurnaan tidak identik dengan keren. Apa yang saat ini kita banggakan, suatu hari akan ditertawakan. Karena itu, penting untuk menyadari bahwa tren hanya bersifat sementara. Mari kita bahas sembilan tren populer masa kini yang kemungkinan besar akan ditinggalkan dalam 10 hingga 15 tahun mendatang.tre
Aplikasi Kencan Kehilangan Daya Tarik
Tren aplikasi kencan mendominasi generasi muda, tetapi tanda-tanda kejenuhannya sudah terlihat. Generasi Z mulai menjauh, sementara survei Pew Research mencatat 50% orang lajang tidak tertarik mencari pasangan. Bahkan, data Statista menunjukkan hanya 29% pengguna aplikasi kencan berasal dari Gen Z, sedangkan hampir 70% milenial masih menggunakannya.
Aplikasi ini beroperasi dengan logika bisnis: menjaga pengguna tetap lajang agar terus membayar. Konsep tersebut terdengar eksploitatif, dan generasi muda semakin menyadarinya. Media seperti Time Magazine pun menyoroti turunnya minat pada aplikasi kencan. Sepuluh tahun dari sekarang, interaksi tatap muka mungkin kembali menjadi pilihan utama, sementara aplikasi kencan berubah menjadi artefak digital.
Produk dan Media Sosial yang Memicu Penyesalan
Selain aplikasi kencan, berbagai tren konsumerisme dan digital juga diprediksi menua dengan buruk.populer
Cokelat Dubai saat ini menjadi simbol kemewahan, tetapi membayar $30 hanya untuk sebatang cokelat dengan krim pistachio tipis jelas tidak rasional. Banyak orang membelinya demi konten media sosial, bukan karena kualitas rasa.
Suara TikTok juga menghadapi kejenuhan. Kreator yang terus-menerus menggunakan audio viral akan dianggap kurang kreatif di masa depan. Sepuluh tahun mendatang, video dengan tarian atau lipsync suara generik bisa membuat pemiliknya merasa malu.
Oversharing di media sosial termasuk tren berbahaya. Dari reels hingga sharenting (orang tua yang membagikan terlalu banyak foto anak), semua itu meninggalkan jejak digital permanen. Anak-anak yang tumbuh dewasa mungkin akan menegur orang tuanya karena memamerkan masa kecil mereka tanpa izin.
Tren yang Menyentuh Risiko Nyata
Beberapa tren bahkan lebih berbahaya karena menyangkut keuangan, kesehatan, atau tubuh.
Perjudian online kini marak karena aksesnya mudah melalui ponsel. Menurut American Psychiatric Association, seperempat orang Amerika berjudi online setiap hari. Kecanduan ini bisa menghancurkan hidup, dan tren ini kemungkinan besar menjadi sumber penyesalan jangka panjang.
Ketergantungan berlebihan pada AI juga menimbulkan risiko. Teknologi memang membantu, tetapi ketika orang mengandalkan AI untuk berpikir, kemampuan kritis bisa tumpul. Seperti yang diingatkan akademisi Virginia Tech, bias dalam model AI dapat memengaruhi cara berpikir manusia. Dalam satu dekade, orang mungkin menyesali keputusan besar yang dibuat hanya berdasarkan rekomendasi algoritma.
Prosedur kecantikan seperti operasi plastik ekstrem dan filler berlebih juga patut dicermati. Tren tubuh “sempurna” selalu berubah, dan operasi tidak bisa dibalik dengan mudah. Bahkan filler yang dianggap larut ternyata tetap bertahan di dalam tubuh. Apa yang populer hari ini bisa menjadi penyesalan medis esok hari.
Veneer gigi juga serupa. Jika dipasang karena alasan medis, veneer bermanfaat. Namun, menggerus gigi sehat demi tren putih berkilau bisa berakhir buruk. Apalagi veneer perlu diganti setiap 10–15 tahun.
Tren Rambut dan Penampilan yang Bisa Jadi Bumerang
Tren rambut juga tidak luput dari siklus olok-olok. Saat ini, gaya perm kembali populer, terutama di kalangan pria yang mencukur sisi kepala dan membiarkan bagian atasnya mengembang. Meski terlihat keren sekarang, foto masa lalu bisa membuat banyak orang menyesal.
Perm memang hanya rambut, dan rambut bisa tumbuh lagi. Namun, proses kimia di baliknya tetap berisiko. Lebih dari sekadar rambut yang rusak, dokumentasi visual di media sosial akan terus membayangi. Generasi berikutnya mungkin akan menertawakan gaya rambut yang dianggap “trendy” hari ini.
Tren Selalu Berputar dan Bisa Menjerat
Tren tidak pernah abadi. Aplikasi kencan, cokelat mahal, suara TikTok, hingga prosedur kecantikan hanyalah sebagian contoh dari fenomena sementara. Dalam 10 hingga 15 tahun, banyak orang akan menoleh ke belakang dengan rasa malu atau penyesalan.
Namun, tren juga bagian dari perjalanan budaya. Jika menikmati cokelat Dubai atau mencoba gaya rambut perm membuatmu bahagia sekarang, lakukanlah. Hanya saja, ingatlah bahwa kebahagiaan sesaat tidak selalu sebanding dengan konsekuensi jangka panjang.
Pada akhirnya, tren akan berubah, tetapi gaya hidup sehat, keaslian diri, dan keputusan bijak akan selalu relevan. Generasi mendatang akan menilai kita, sama seperti kita menilai masa lalu. Jadi, pilih tren dengan hati-hati, karena foto dan jejak digital akan bertahan jauh lebih lama dibandingkan tren itu sendiri.